Momen Penting dalam Mendidik Anak


Setiap anak mempunyai karakter yang berbeda. Hal tersebut sudah dari Sang Pencipta bahwa setiap orang diciptakan secara unik dan sempurna. Sejumlah pandangan mengatakan bahwa seorang anak lahir bak kertas yang masih putih tanpa coretan apapun. Orangtua mempunyai peran penting dalam memberi warna dan menorehkan berbagai macam tinta di atas kertas putih tersebut sehingga menjadi gambar yang utuh dan indah. Sudah sewajarnya jika orangtua juga memiliki harapan yang baik terhadap setiap anak-anak yang dimilikinya.

Namun adakalanya perasaan gagal atau kendala terjadi pada saat orangtua hendak mengajarkan segala sesuatu yang dirasa baik untuk sang anak. Melalui tulisan ini saya hanya mau berbagi sedikit pengalaman saya tentang pentingnya menemukan “moment” dalam menanamkan nilai-nilai atau kebiasaan atau segala sesuatu yang akan diajarkan kepada sang anak. Anakku berusia 4 tahun saat ini, dan masa itu merupakan masa yang yang sangat penting untuk mengajarkan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, mana yang baik dan mana yang tidak baik, apa yang benar dan apa yang tidak benar. Pembentukan karakter sangat dibutuhkan untuk menjadi pondasi yang kokoh di masa yang akan datang.

Aku menyadari ketika seorang anak sudah bisa memahami hal-hal yang mendasar maka hal tersebut akan menjaganya kelak baik dalam menghadapi persoalan-persoalan yang harus dihadapi dan membutuhkan sikap dalam mengambil keputusan. Kapan saat yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai yang kita harapkan bisa tumbuh dalam diri sang anak? menurutku kita bisa lakukan setiap saat dan butuh kesabaran yang besar. Pengulangan akan nilai-nilai atau hal-hal yang kita inginkan tumbuh dalam diri sang anak sangat dibutuhkan. Jangan berharap bahwa dengan memberitahukan sesuatu hal hanya sekali kepada sang anak maka secara otomatis anak dapat merekam dan menjalankannya secara terus menerus. Dalam hal inilah kesabaran sangat dibutuhkan.

Toleransi yang besar dari orangtua pada saat anak mengalami kesalahan dan kegagalan menekan egoisme kita kepada sang anak dan emmberi ruang kepada sanga anak untuk belajar dari kesalahannya. Saya sependapat bahwa kegagalan menjadi salah satu guru untuk mengajarkan sesuatu kepada kita. Pada saat sang anak mengalami kesalahan atau kegagalan hanya dibutuhkan empati dari orangtuan dan pemahaman dari orangtua tentang penyebab kesalahan atau kegagalan yang terjadi. Hindari penghakiman tanpa mengetahui penyebab yang sesungguhnya karena justru membuat anak bingung dan frustasi karena “punishment” diberikan tanpa alasan yang tepat. Memperhatikan bagaimana emosi sang anak akan membantu kita untuk memahami apakah anak sudah siap atau belum menerima nilai-nilai atau sesuatu hal yang kita ingin ajarkan kepada sanga anak.

Seorang anak yang sedang menangis atau marah akan sangat sulit untuk diajarkan sesuatu hal kepada dirinya. Bersabarlah untuk menemukan moment yang tepat dimana emosi dan mental anak siap untuk menerima “ajaran” yang akan diterima dengan baik dan akan diingatnya dengan baik pula. Pada saat lain dimana anak merasa senang, maka akan dengan lebih mudah kita mengajarkan sesuatu kepada sanga anak. Kita bisa belajar bagaimana proses anak belajar di usia dini dengan pendekatan bermain yang menyenangkan bukan? hal tersebut juga bisa kita terapkan dalam pendidikan kepribadian dalam keluarga. Senantiasa temukan moment yang tepat pada saat kita akan menanamkan nilai-nilai dalam diri sang anak.

Sumber: Tutuk Arsanti

0 komentar:

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.